Studi tentang Hubungan Sosial dan
Sistem Sosial
Dosen Pembimbing: Drs. Isbondo
Tjahjono M.Kes

Oleh: Ika Noerjannah (126484020)
KELAS B
PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU OLAHRAGA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (UNESA)
Jl. Lidah Wetan, Surabaya - 60213 Telp. (031) 7532160 Fax (031) 7532112
Jl. Lidah Wetan, Surabaya - 60213 Telp. (031) 7532160 Fax (031) 7532112
2012
BAB I
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Sosiologi Olahraga
Sosiologi Olahraga adalah suatu ilmu
yang khusus menangani masalah-masalah dalam olahraga yang perlu dipecahkan
bersama. Seperti perencanaan anggaran organisasi, prestasi, dan control. Sosiologi olahraga merupakan ilmu terapandari
dua disiplin ilmu, yaitu sosiologi dan olahraga, oleh Donald chu disebut
sebagai perpaduan antara sosiologi dan olahraga. Sosiologi olahraga berupaya
membahas tentang perilaku sosial manusia, baik secara individu maupun kelompok
dalam situasi olahraga. Artinya saat melakukan kegiatan olahraga pada dasarnya
manusia melakukan aktivitas sosial yang berupa interaksi sosial.
Dalam berinteraksi manusia terikat oleh
perilaku atau norma yang ada pada komunitas dimana manusia itu berada dan
peraturan-peraturan yang berlaku pada cabang olahraga tersebut. Sering terjadi
pelanggaran atau penyimpangan dalam cabang olahraga yang disebabkan oleh moral
atau perilaku manusia yang kurang baik, dan itu berakibat adanya sangsi ,
penentuan sangsi ini dilakukan atas kesepakatan bersama, atau aturan yang telah
dibakukan. Semuanya itu dilakukan agar kegiatan olahraga bisa berjalan dengan
aman, tertib dan lancar. Sebagai disiplin ilmu yang baru, kajian terhadapnya
dilakukan dalam intensitas yang tinggi, baik secara mikro maupun secara makro.
1.a.
Secara mikro
Kajian
ilmu olahraga difokuskan pada upaya-upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas
teori dan hukum pendukung ilmu olahraga, sehingga dihasilkan temuan-temuan yang
dapat memperkokoh keberadaan olahraga sebagai
fenomena aktivitas gerak insani. Kajian secara mikro dilakukan dalam konteks
internal keolahragaan, yang secara epistimologi ( pengetahuan ) diarahkan pada
proses pemerolehan ilmuyang digunakan untuk meningkatkan kualitas meningkatkan
gerak insani secara efisien dan efektif.
1.b.
Secara makro
Kajian
olahraga diarahkan pada aspek fungsional kegiatan olahraga bagi siapapun yang
terlibat langsung maupun tidak langsung, seperti pelaku (atlet), penonton
(penikmat), pebisnis, pemerintah, dan sebagainya. Olahraga pada masa kini telah
diakui keberadaanya sebagai suatu fenomena yang tidak lepas dari aspek politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Sehingga pemecahan permasalahan dalam olahraga
diperlukan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah
sosiologi.
2 2.
Masalah Sosial
Bermacam-macam
kondisi di masyarakat yang menunjukkan bukti bahwa olahraga telah merambah pada kehidupan sosial manusia.
Pengaruh olahraga di masyarakattidak hanya sekedar menag atau kalah, tetapi
lebih luaslagi menyangkut harga diri, kebanggaan, penyaluran potensi atau bakat
yang dimiliki masyarakat, bahkan pada komunitas tertentu. Dari uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa olahraga telah di akui oleh masyarakat luas. Oleh
karena itu, memecahkan masalah olahraga merupakan suatu upaya pendekatan yang
dilakukan terhadap masyarakat luas, dan ini hanya mampu dilakukan dengan
menggunakan sosiologi sebagai salah satu disiplin ilmu yang dilibatkan. Olahraga
adalah kebutuhan primer manusia, dan harus dijadikan prioritas dalam kehidupan
sehari-hari. Olahraga yang effektif adalah olahraga yang sampai berkeringat.
Kesibukan beraktivitas selama lima hari berturut-turut sebaiknya diimbangi
dengan berolahraga pada hari libur sabtu dan minggu. Olahraga adalah
serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memlihara gerak agar
tubuh menjadi bugar. Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik,
artinya olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan yang tidak
dapat ditinggalkan.
Abdul
Kadir Ateng menawarkan poko kajian sosiologi olahraga yang meliputi pranata
sosial, seperti sekolah, dan proses sosialisasi. Yaitu perkembangan status
sosial atau prestise dalam kelompok dan masyarakat. Berikut ini contoh-contoh
sosiologi olahraga yang dinyatakan oleh Abdul Kadir Ateng:
A. Pelepasan
emosi, dengan cara yang dapat diterima masyarakat. Pengaruh negatif dari emosi
dalam kegiatan olahraga adalah gelisah. Rasa gelisah akan muncul apabila seseorang
itu belum mengalami sendiri apa yang akan dilakukan ataupun adanya perasaan
sentimen, kebingungan atau ketidak pastian. Cara yang baik untuk menghindari
atau mengurangi timbulnya kegelisahan adalah dengan jalan merasionalkan emosi,
yaitu segala hal yang negatif dianggap positif, hal-hal demikian dapat dilatih.
B. Takut,
takut biasanya berawal dari pengalaman sebelumnya yang berpengaruh pada
kepribadian seseorang akan membekas sepanjang hidup. Takut itu bermacam-macam,
misalnya takut pada binatang, takut sendirian, takut tenggelam dan sebagainya.
Kegelisahan yang dialami seseorang dapt berubah menjadi ketakutan apabila tidak
mendapat penyelesaian sebaik-baiknya. Rasa takut lebih baik jangan dimatikan,
tetapi dikendalikan. Rasa takut juga tidak boleh ditanamkan sehingga
menyebabkan orang sama sekali tidak berani mengambil resiko, akhirnya orang
tersebut terlalu banyak perhitungan yang kadang-kadang tidak penting. Akibatnya
orang tersebut tidak pernah mau mencoba dan berusaha mengatasi ketakutan yang
timbul. Dalam dunia olahraga, rasa takut kalah dalam batas normal adalah baik,
karena dengan demikian seseorang akan mempersiapkan diri untuk menghindari
kekalahan. Melatih diri, berusaha mencari kelemahan-kelemahan lawan,
penghematan tenaga, penghamburan tenaga yang
tidak perlu dan sebagainya. Jadi jangan sekali-kali mengartikan pengendalian
rasa takut sama dengan menanamkan rasa takut.
C. Marah,
dapat diartika sebagai reaksi kuat atas sesuatu yang tidak menyenangkan dan
mengganggu pada seseorang. Ketika itu terjadi maka detak jantung akan lebih
cepat, tekanan darah dan adrenalin juga meningkat. Kalau sudah seperti itu bisa
jadi perubahan psikologis akan menimbulkan reaksi agresif dan pelakuan kasar
dari sang pemarah. Walau bersifat alami dan normal namun marah tidak timbul
dengan sendirinya, itu merupakan respon dari seseorang ketika mendapat ancaman,
hal yang membahayakan, kekerasan verbal, perlakuan tidak adil, dan kebohongan
dari orang lain. Secara internal, marah bisa terjadi ketika menghadapi
masalah-masalah yang sangat mengganggu pikiran, kekecewaan pada situasi
lingkungan dan lain sebagainya. Sementara secara eksternal, marah bisa timbul
karena hak-hak pribadinya diperlakukan tidak adil dan mendapat ancaman. Dalam
suatu pertandingan, sulit untuk dapat menghilangkan sumber dari kemarahan,
sebab dari dunia olahraga memancing kemarahan lawan dengan disengaja berharap
kalau lawan itu sudah tidak sadar lagi akibatnya dia ingin tetap bermain keras
yang dapat mengakibatkan banyaknya energi yang dikeluarkan sehinggan suatu saat
dia akan kehabisan tenaga dan mudah dikalahkan. Hal-hal seperti diatas harus
disadari dan dimengerti oleh para olahragawan, jangan sampai terpancing oleh
siasat lawan untuk menjadi marah. Untuk mengurangi akibat-akibat negatif dari
kemarahan, maka perlu dicari bagaimana cara merendahkan yang terjadi. Misalnya
mengurangi agresifitas tindakan, menanggapi kemarahan dengan usaha yang
positif, melupakan atau menghindari sumber kemarahan, dan lain sebagainya.
3 3. Sistem
Sosial Dan Interaksi Sosial
Memahami sistem
sosial ialah proses belajar mengenali, menganalisis, dan mempertimbangkan
eksistensi dan perilaku organisasi serta intuisi sosial kemasyarakatan dalam
berbagai ranah kehidupan. Peran manusia disini lebih dilihat sebagai makhluk
sosial dan bagian dari kelompok kepentingan, bukan sebagai individu. Sitem
sosial ini bersangkutan dengan garis sosial dalam kehidupan bersama, seperti
kelompok olahraga, tim, dan klub olahraga lainnya. Kehidupan sistem sosial
harus dipandang sebagai suatu sistem yaitu keseluruhan bagian-bagian atau
unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan. Sementara kehidupan
sosial adalah kehidupan bersama manusia yang hidup dalam satu pergaulan, oleh
karena itu kehidupan sosial pada dasarnya ditandai oleh :
a.) Adanya
manusia yang hidup bersama yang dalam ukuran minimalnya berjumlah dua orang
atau lebih,
b.) Manusia
tersebut bergaul atau berhubungan dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama
sehingga terjadilah adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta munculnya
suatu perasaan sebagai kesatuan,
c.) Adanya
kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan,
d.) Suatu
sistem kehidupan bersama.
Ciri-ciri
interaksi sosial menurut Loomis:
1.) Pihak
yang berinteraksi berjumlah lebih dari satu orang,
2.) Adanya
komunikasi antara pihak-pihak tersebut dengan menggunakan lambang-lambang
tertentu,
3.) Adanya
dimensi waktu yang mencakup masa lampau, masa kini, dan masa mendatang,
4.) Adanya
tujuan-tujuan tertentu.
Kehidupan
sosial dapat dilihat dalam struktur sosial. Struktur sosial adalah suatu
pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari orang
yang banyak dan meliputi lembaga-lembaga. Di dalam struktur sosial terdapat
pranata sosial atau lembaga sosial. Talcot Parson mengatakan pranata-pranata
atau pola-pola kelembagaan adalah suatu aspek pokok mengenai apa yang
digeneralisasikan merupakan struktur sosial. Salah satu wujud dari struktur
sosial adalah kelompok sosial. Kelompok sosial merupakan kumpulan manusia
tetapi bukan sembarang kumpulan. Suatu kumpulan manusia dapat dikatakan sebagai
kelompok sosial apabila menemui kriteria sebagai berikut:
1.) Setiap
anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagaian dari
kelompok yang bersangkutan,
2.) Adanya
hubungan timbal balik antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu,
3.) Adanya
suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok itu sehingga hubungan
antara mereka semakin erat,
4.) Berstruktur,
berkaidah, dan mempunyai perilaku.
4 4. Organisasi
Sebagai Sistem Sosial
Organisasi
adalah suatu kelompok orang yang mempunyai tujuan sama. Tujuan merupakan hasil
yang berupa barang, jasa, uang, pengetahuan dan lain-lain. Perilaku organisasi
adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang bertindak di
dalam organisasi. Dengan demikian dalam kaitannya dengan organisasi sebagai
sistem sosial maka kajian perilaku organisasi mencakup berbagai aspek, seperti:
publik, bisnis, sosial, dan lain-lain. Sebagai contoh PSSI (Persatuan Sepakbola
Seluruh Indonesia) sebagai organisasi yang bergerak dibidang olahraga sepakbola
tidak hanya terpaku pada satu aspek kajian yaitu sepakbola. Bidang-bidang lain
juga harus dikaji untuk memajukan organisasi dan mencapai tujuannya memajukan
sepakbola Indonesia. Aspek yang dikaji meliputi aspek bisnis, publik, dan
lain-lain. Pada zaman sekarang ini olahraga khususnya sepakbola memiliki kaitan
dengan aspek bisnis. Contohnya hak siar televisi iklan sponsor yang dapat
menghasilkan income. Dalam aspek bisnis, masyarakat merupakan pasar. Sedangkan
dalam bidang olahraga masyarakat adalah faktor pendukung dimana masyarakat itu
sendiri adalah sosial.
Berdasarkan
contoh diatas, kita tahu bahwa hampir semua pekerjaan dilakukan dalam lingkup
sosial. Begitupula dengan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika
diatur dengan sistem yang baik pula, sehinggacakupan sosial didalamnya dapat
bekerja sesuai rencana yang telah diaturdalam suatu sistem. Cakupan sosial yang
dimaksud adalah pekerjaan, komunikasi, serta koordinasiyang dilakukan dalam
organisasi tersebut. Faktor-faktor organisasi menurut John Willey antara lain:
-
Manusia,
-
Teknologi yang digunakan,
-
Tugas atau kerja,
-
Budaya organisasi.
BAB
II
KESIMPULAN
11. Kesimpulan
Seperti yang
dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan olahraga kita dapat
melakukan interaksi sosial dalam kehidupan bersama manusia lain, yang ditandai
dengan:
a.) Adanya
manusia yang hidup bersama yang dalam ukuran minimalnya berjumlah dua orang
atau lebih,
b.) Manusia
tersebut bergaul atau berhubungan dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama
sehingga terjadilah adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta munculnya
suatu perasaan sebagai kesatuan,
c.) Adanya
kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan,
d.) Suatu
sistem kehidupan bersama.