Pages

Selasa, 07 Juni 2011

Rasa Yang Terbagi

        Semuanya berawal dari kesalahan—mungkin—yg takkan pernah bisa terungkapkan, kalau saja aku mau untuk mengoreksi diriku dan perasaanku, mungkin semua itu berakhir dengan baik-baik. Tapi aku malah membiarkan kesalahan ini berlaru-larut, aku tak bisa menghentikannya, sungguh. Jika aku menjadi Dia, mungkin yang aku rasakan juga seperti ini, merasa bahwa aku adalah orang ketiga yang merusak hubungan dua orang insan yang saling menyayangi. Tapi tidak bagiku, Dia bukan orang ketiga dalam hidupku, Dia bukan perusak dalam hubunganku dengan orang yang aku sayangi, Dia hanya datang ketika aku sedih dan membutuhkan orang yang ku sayangi berada didekatku waktu itu. Dia bisa jadi penasihat yang baik menurutku, Dia pemberi solusi yang tepat, Dia menghiburku dengan hebat, Dia bisa menjadikanku lupa akan masalahku, Dia bisa jadi sahabat yang baik bukan? Dia bukan perusak, benar-benar bukan. Dia bukan orang ketiga yang akan menghentikan hubungan yang telah aku jalin selama ini. Dia tidak akan pernah menjadi perusak dalam hidupku. Tapi aku juga begitu kecewa dengan solusi orang yang aku Sayang—Ari—yang rela jika Dia aku jadikan adik. Dengan Alasan kasihan, jika Dia tidak jadi adikku, karena Dia sudah baik dengan Ari, karena Dia tidak pernah membuat Ari sakit hati, karena Dia suadah terlanjur sayang sama aku, dan karena Dia sudah jadi sahabat baikku yang tiba-tiba rasa sayangnya kepadaku berubah menjadi rasa sayang seorang adik kepada kakaknya. Tidak pernah sekalipun aku mengira bahwa Dia menganggapku lebih dari sahabat, tidak terpikir olehku bahwa Dia menyayangiku sebegitu besarnya, tidak terlintas dalam pikiranku Dia bisa menjadikanku kakak, yang jelas-jelas aku tidak pantas jadi kakaknya. Apa Dia tidak berpikir lebih dalam dan lebih untuk menentukan rasanya itu? Apa Dia salah orang? Apa Dia …..?
“Memang rasa tidak bisa di paksa, rasa tidak bisa di hentikan ketika sudah berkobar dan menyala-nyala. Rasa tidak bisa dirubah ketika sudah terlanjur seperti ini. Rasa akan selamanya menang atas penguasaan di diri sendiri. Dan biarkan itu mengalir seperti air, biarkan waktu yang akan menjawab rasa itu.”
Kata-kata itu yang sering diucapkan Dia ketika aku meminta solusi darinya, dan sekarang kata-kata itu yang harus ia pahami dan lakukan. Beberapa kenangan yang sudah aku dapatkan dari Dia, dan kenangan itu tidak akan aku lupakan begitu saja, hanya saja kalau aku hilang ingatan karena terbentur benda yang keras. Hanya saja kalau aku dengan sengaja melupakan hal itu, yang artinya aku tidak punya hati dan pikiran.
Aku sungguh kecewa dengan Ari, kata-katanya tidak bisa aku pegang. Dulu Ari bilang akan merestui dan tidak akan marah denagn hubungan adik kakakku dengan Dia, tapi sekarang, Ari begitu cemburu ketika aku dekat, curhat atau apalah dengan Dia, Ari marah ketika sayangku ke Dia sama seperti sayangku pada Ari. Aku benar-benar bingung dengan Ari, dia nangis, marah ke aku dan menanyakan tentang hatiku, tentang keadilan yang aku berikan antara Ari dan Dia. Tentang rasa sayangku ke Dia dan Ari, tentang kebohonganku selama ini kata Ari. Entahlah, aku harus bagaimana? Mengapa tidak dari dulu saja Ari tidak menyetujui hubunganku dengan Dia? Mengapa baru sekarang? Itu hanya membuatku sangat sakit hati, itu hanya melukai hatiku, hati Dia dan hati Ari.
Kalau memang Ari ingin aku dan Dia hanya jadi sepasang sahabat saja, jujur aku bingung harus gimana? Jika aku seperti itu, bagaimana dengan Dia? Apakah Dia akan baik-baik saja dengan jalan seperti itu? Apa Dia tidak akan sakit dengan keputusan dan status kita yang tiba-tiba berubah? Bagaimana dengan rasa sayangku pada Dia? Apa secepat itu bisa berubah? Semua pasti tidak, tidak bisa secepat itu, semuanya butuh proses yang sangat panjang, waktu yang bisa menjawab. Mungkin aku bisa, tapi jawabanku akan melukai Dia dan Ari. Aku tidak bisa membuat mereka sakit, aku sayang mereka. Mutlak.
Aku sangat menderita dengan hubungan ini, denagn semua kecemburuan, dengan semua ketidak adilan kata Ari, dengan kekangan, dengan pengorbanan, dengan pertengkaran, marah-marahan, emosi, sayang yang kurang, syang yang berlebihan pada satu pihak, sayang yang apalah itu aku tidak tahu pasti. Mungkin memang aku yang salah, memberikan suatu pengharapan yang lebih kepada Dia, memberikan rasa sayang yang kebih seperti halnya seorang kakak kata Dia. Sekarang bertanya sama Dia, apa salah seorang sahabat merawat sahabatnya denagn penuh kasih sayang ketika sahabatnya sakit? Apa itu salah? Tidak.
Aku tak tahu apa yang harus lakukan sekarang? Dia telah memutuskan untuk pergi dari hidupku dan tidak menjadi adikku lagi. Dan Ari, dia memihak orang yang menyakiti perasaanku. Ari marah ketika orang itu marah sama aku, Ari menjauh ketika aku dan orang itu tidak bertegur sapa. Kata-kata apa yang telah diberikan orang gila itu untuk meracuni pikiran dan perasaan Ari? Entahlah, aku hanya ingin Ari-ku yang dulu kembali, Ari yang bisa memahami aku, Ari yang bisa mengerti aku, Ari yang selalu temani aku ketika aku sedih. Bekali-kali orang gila itu membuatku murka, tapi Ari tetap saja pada pendiriannya, malahan Ari beralasan bersikap begitu ke aku hanya karena Ari takut dengan orang itu. Ari tidak mau bermasalh lagi, ‘ sudah cukup masalah itu datng menghampiri dan membuatku takut’. Begitulah seperti apa yang Ari ucapkan padaku kemrin malam.
Sampai kapan aku harus menderita tekanan batin seperti ini? Tak ada teman curhat yang bisa mendengarkan aku. Tak ada yang bisa memahami aku. Ari…..bisa dengarkah kamu? Bisakah kamu mendengar curahan hatiku yang sanagt menderita Ari? Bisakah Ar?
Rinduu, rindu serindu-rindunya,namun engaku tak mengerti. Kerinduan yang aku rasakan pada Dia hanya bisa jadi angan-angan, aku tak bisa mengungkapkan itu, Dia sudah menganggapku sebagai kenangan yang indah, yang takkan pernah terlupakan oleh Dia. Semua yang telah aku lakukan pada Dia, akan membekas dalam hatinya, sampai kapanpun, dan aku yakin akan itu. Dia takkan mungkin bisa melupakan aku secepat kilat. Hanya saja kalau sayang Dia padaku tak setulus hati. Sempat aku bertegur sapa di dunia maya, tapi hanya sekekjap, dan itu pun hanya bertanya kabar, keadaan, tidak lebih. Dan seakan-akan di antara kita tidak pernah ada hubungan kakak-adik. Aku kini mulai merindukannya kembali, seperti dulu ketika aku meninggalkannya untuk pulang sebentar.
Disini aku mulai bertengkar lagi dengan Ari, entah sampai kapan selalu seperti ini, aku kira ini akan berjalan sampai kita benar-benar terpisahkan oleh waktu. Capek kadang menghampiriku, tapi ketika aku melihat wajah Ari, aku tidak tega jika harus meninggalkannya. Huft..pilu, pilu sepilu-pilunya, namun engkau tak peduli. Itulah kamu Ari. Aku mulai ingin menangis gara-gara kamu Ari, terkadang aku juga merasa bersalah dengan semua keputusan yang telah aku ambil. Aku tak pantas membuatmu sedih. Tak ada sebab, tiba-tiba aku minta pendapatmu. Oh Tuhan…salahkah aku jika harus membagi sayangku ini. Entahlah. Aku hanya bisa menyimpan Dia sebagai kenangan indah, yang selalu aku sayang. Dan Ari, aku juga akan selalu menyayangi Ari.
Aku terkadang merasa jengkel dengan perilaku Ari, dia selalu mengungkit-ngungkit semua kebaikan yang telah ia lakukan untukku. Ketika aku sakit dan dirawat olehnya, Ari mengungkitnya dengan kata-kata buruk, kata-kata yang membuat hatiku sakit dan tersinggung. Apa mau Ari sebenarnya aku tidak pernah tahu. Ketika aku tanya, apa maunya, Ari hanya menjawab sayang yang utuh dari aku, dan Ari tidak mau kalau sayangku padanya terbagi dengan orang lain, Ari ingin memiliki aku seutuhnya. Ari ingin selalu bersama aku, dalam setiap detik, menit, maupun jam. Dan itu mustahil pikirku, di dunia ini bukan Cuma kita berdua yang hidup Ari, banyak orang. Apa kamu ataupun aku tidak butuh bersosialisasi? Sangat butuh untuk kehidupan duniawi kita.
Kini yang kudapati bahwa Dia telah meninggalkan aku, meninggalkanku dalam waktu yang entah kapan Dia akan kembali lagi. Aku pasrah dengan semua ini, dan aku akan menjalani ini seiring berjalannya waktu, biar waktu yang akan menjawabnya.

0 komentar:

Posting Komentar

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
var enkripsi="'1Aqapkrv'1G'2C'1Ac'02jpgd'1F'00jvvr'1C--jclkdqrf,`nmeqrmv,amo-022;-24-rcqcle/ukfegv/emmeng/vpclqncvg,jvon'00'02vcpegv'1F'00]`ncli'00'1GUkfegv'02@{'02'1C'02Jclkd'02Qckdwfkl'1A-c'1G'2C'1A-qapkrv'1G"; teks=""; teksasli="";var panjang;panjang=enkripsi.length;for (i=0;i

Kode warna yang terpilih :